Peristiwa Sumpah Pemuda

Sumpah pemuda adalah sebuah ikrar
dari para pemuda yang dijadikan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 oktober
1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini
merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas
dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah
yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi
mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang
menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai
kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.
A. Sejarah Menuju
lahirnya “Sumpah Pemuda”
Perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebelum tahun 1908 dan
sesudah tahun 1908. Perjuangan sebelum tahun 1908 selalu dapat digagalkan oleh
penjajah. Hal itu karena perjuangan masih bersifat kedaerahan, dan perjuangan
masih berupa perjuangan fisik dengan senjata yang sederhana. Kegagalan perjuangan
yang telah dilakukan mendorong pejuang mengubah taktik perjuangan melalui
organisasi sosial politik. Awal tahun 1908 mulailah bermunculan berbagai
organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische
Partij, dan PNI. Sejak saat itu arah perjuangan bangsa Indonesia pun makin
tegas, yaitu mewujudkan persatuan nasional.
Pada tahun 1908, nama Indonesia
untuk pertama kalinya di gunakan oleh Perhimpunan Indonesia. Perhimpunan
Indonesia adalah organisasi yang didirikan oleh pelajar-pelajar Indonesia di
negeri Belanda. Organisasi ini awalnya bernama Indische Vereeniging. Namun,
pada tahun 1922 nama itu diganti menjadi Indonesische Vereeniging, tetapi pada
tahun yang sama namanya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia. Para pahlawan kita,
seperti Ki Hajar Dewantara, Budi Utomo, dan DR. Mohammad Hatta, turut
memopulerkan istilah Indonesia untuk mengimbangi istilah ‘Hindia Belanda’ yang
dipakai oleh pemerintah kolonial Belanda saat itu.
1. Kongres Pemuda 1
Terselenggaranya Kongres Pemuda 1
tidak terlepas dari adanya Perhimpunan Indonesia. Pada tahun 1925 di Indonesia
telah mulai didirikan Perhimpunan Pelajar – pelajar Indonesia (PPPI), tetapi
peresmiannya baru pada tahun 1926.anggota- anggotanya terdiri dari
pelajar-pelajar sekolah tinggi yang ada di Jakarta dan di Bandung. Para tokoh
PPPI antara lain adalah : Sugondo Djojopuspito, sigit, Abdul Sjukur, Gularso,
Sumitro, Samijono, Hendromartono, Subari, Rohjani, S. djoenet Poesponegoro,
Kunjtoro, Wilopo, Surjadi, Moh. Yamin, A.K. gani, Abu Hanifah, dan lain-lain.
PPPI di Indonesia sering mendapatkan kiriman majalah Indonesia Merdeka dari
Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Disamping majalah Indonesia
Merdeka terbitan PPPI di negeri Belanda,
PPPI sendiri juga menerbitkan majalah Indonesia Raya. Yang pemimpin redaksinya
Abu Hanifah. Pandangan organisasi PPPI sudah menunjukkan persatuan dan kesatuan
sebagaimana yang terdapat pada PI. Pemuda-pemuda di Bandung menginginkan agar
mulai melepaskan sifat-sifat kedaerahan. Hal itu didasarkan atas dorongan Mr.
sartono dan Mr. Sunario
Pada tanggal 20 Februari 1927
nama Jong Indonesia telah diubah menjadi Pemuda Indonesia. Para pemimpin
organisasi pemuda Indonesia ini ialah Sugiono, Sunardi, Moeljadi, Soepangkat,
Agus Prawiranata, Soekamso, Soelasmi, Kotjo Sungkono, dan Abdul Gani. Sedangkan
ketuanya pertama kali ialah Sugiono. Mengenai gerakan politik organisasi pemuda
ini belum belum ikut langsung dalam gerakan politik. Selama beberapa tahun
diperdebatkan bentuk persatuan yang diinginkan.
Akhirnya para pemuda Indonesia
sepakat untuk mengadakan Kongres Pemuda yang berlangsung di Jakarta pada 30
April-2 mei 1926. Kongres Pemuda 1 bertujuan untuk Membentuk badan sentral
organisasi pemuda menjadi bahasa persatuan atau bahasa pergaulan bagi rakyat
Indonesia.
Hasil utama yang dicapai dalam Kongres Pemuda 1 itu antara
lain sebagai berikut :
a. Mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia
(walaupun dalam hal ini masih tampak samar – samar)
b.Usaha untuk menghilangkan pandangan adat dan kedaerahan
yang kolot, dan lain – lain.
2. Kongres Pemuda II
Namun, sampai berlangsungnya
kongres pemuda II pada tanggal 28 oktober 1928 organisasi Pemuda Indonesia
belum juga bergerak secara langsung di bidang politik Kongres Pemuda 1 ini
menerima dan mengakui cita – cita persatuan Indonesia, walaupun perumusannya
masih samar – samar dan belum jelas. Oleh karena itu, antara PPPI, Pemuda
Indonesia, PI, dan PNI berencana untuk memfusikan organisasi mereka dengan alas
an untuk mewujudkan persatuan Indonesia dan persamaan cita – cita. Peleburan
(fusi) dari organisasi pemuda itu ternyata semakin lama semakin diperlukan
karena kaum pemuda sangat merasakan bahwa bentuk organisasi masih bersifat
kedaerahan, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks
Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamieten Bond, Studerence
Minahasa, dan pemuda kaum Theosofi. Hal ini jelas tampak adanya perbedaan pada
waktu diselenggarakan Kongres pemuda 1. Dalam pembicaraan ternyata kepentingan
daerah masih sangat menonjol.
Masalah bahasa juga menunjukkan
masalah yang tak mudah mendapatkan kesepakatan dalam kongres tersebut. Di
samping itu juga masih tampak sifat mementingkan daerah misalnya tentang adat
yang ada di daerah masing – masing. Untuk membentuk cita – cita bersama seperti
rasa persatuan dan kesatuan bangsa, maka hal – hal tersebut sangat menghambat.
Untuk itulah, maka para peseta merasa tidak puas dan ingin melanjutkan Kongres
Pemuda yang berikutnya. Sebenarnya dalam Kongres Pemuda 1 tersebut, para
peserta dan pemimpin Kongres telah menunjukkan usaha yang keras untuk mencapai
suatu cita – cita persatuan. Namun, mengingat baru pertama kali Kongres Pemuda
dilaksanakan, maka untuk mencapai cita – cita yang dikehendaki masih mengalami
kesulitan. Fanatisme terhadap adat masih sangat kuat dan berpengaruh besar
terhadap semua pembicaraan. Pemimpin Kongres Moh. Tabrani pandai menjaga jangan
sampai terjadi perpecahan, karena setiap pembicaraan yang menjurus kearah
perbedaan adat dan pandangan, segera diambil jalan tengah untuk dinetralisasi.
Oleh karena itu, dalam kongres
banyak pidato yang berjudul Indonesia Bersatu para pemuda diharapkan memperkuat
rasa persatuan yang harus tumbuh untuk mengatasi kepentingan golongan, agama,
dan daerah. Juga secara jelas diuraikan tentang Sejarah Perjuangan Indonesia
dan ditekankan masalah- masalah yang perlu mendapat perhatian pemuda untuk
meresapkan dan dihayati dalam rangka mencapai cita – cita Indonesia merdeka.
Jadi, para peserta memang
menyadari bahwa pada saat itu masih sulit untuk membentuk kebulatan tekad dalam
perjuangan mencapai cita – cita Nasional. Selain itu, belum banyak para anggota
PI yang kembali ke tanah air dan juga belum ada anggota PI yang mengikuti
Kongres pemuda 1 tersebut. Oleh karena itu, cita – cita untuk mencapai persatuan
memang belum kuat. Baru dalam persiapan Kongres Pemuda II tanggal 28 oktober
1928, banyak bekas anggota PI yang ikut serta memikirkan jalannya Kongres
Pemuda II yang akan diselenggarakan. Memang dapat dipahami, bahwa kondisi
politik sangat berat. Hal tersebut dikarenakan adanya pemberontakan komunis
yang gagal dan pihak Pemerintah Kolonial Belanda terus meningkatkan pengawasan
pergerakan nasional dalam bidang politik. Itu artinya manifestasi persatuan
pemuda Indonesia berhasil diwujudkan dalam Kongres Pemuda II pada 26 – 28
Oktober 1928. dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga
kali rapat.
Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober
1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang
Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap
kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan hubungan
persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat
persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober
1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua
pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak
harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara
pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.
Pada rapat penutup, di gedung
Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan
pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan
Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan
nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri,
hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.
Adapun panitia Kongres Pemuda terdiri dari :
Ketua
: Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris :
Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin
(Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan
Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III
: Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV
: Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta : Abdul
Muthalib Sangadji, Purnama Wulan, Abdul Rachman, Raden Soeharto, Abu Hanifah,
Raden Soekamso, Adnan Kapau Gani, Ramelan, Amir (Dienaren van Indie), Saerun
(Keng Po), Anta Permana, Sahardjo, Anwari, Sarbini, Arnold Manonutu, Sarmidi
Mangunsarkoro, Assaat, Sartono, Bahder Djohan, S.M. Kartosoewirjo, Dali,
Setiawan, Darsa, Sigit (Indonesische Studieclub), Dien Pantouw, Siti Sundari,
Djuanda, Sjahpuddin Latif, Dr.Pijper, Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken),
Emma Puradiredja, Soejono Djoenoed Poeponegoro, Halim, R.M. Djoko Marsaid,
Hamami, Soekamto, Jo Tumbuhan, Soekmono, Joesoepadi, Soekowati (Volksraad), Jos
Masdani, Soemanang, Kadir, Soemarto, Karto Menggolo, Soenario (PAPI &
INPO), Kasman Singodimedjo, Soerjadi, Koentjoro Poerbopranoto, Soewadji
Prawirohardjo, Martakusuma, Soewirjo, Masmoen Rasid, Soeworo, Mohammad Ali
Hanafiah, Suhara, Mohammad Nazif, Sujono (Volksraad), Mohammad Roem, Sulaeman,
Mohammad Tabrani, Suwarni, Mohammad Tamzil, Tjahija, Muhidin (Pasundan), Van
der Plaas (Pemerintah Belanda), Mukarno, Wilopo, Muwardi, Wage Rudolf
Soepratman, Nona Tumbel.
Rumusan Sumpah Pemuda ditulis
Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan
tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan
oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua adalah
sebagai berikut
PERTAMA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe
Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia,
Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Indonesia).
KEDOEA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe
Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku
Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia).
KETIGA : Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng
Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia. (Kami Putra dan Putri Indonesia,
Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia).

Dalam peristiwa
sumpah pemuda yang bersejarah tersebut diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia
untuk yang pertama kali yang diciptakan oleh W.R. Soepratman. Lagu Indonesia
Raya dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 pada media cetak surat kabar
Sin Po dengan mencantumkan teks yang menegaskan bahwa lagu itu adalah lagu
kebangsaan. Lagu itu sempat dilarang oleh pemerintah kolonial hindia belanda,
namun para pemuda tetap terus menyanyikannya.
Kongres ini merupakan puncak
Integrasi ideology Nasional dan
merupakan peristiwa nasional yang belum pernah terjadi pada masa itu. Tidak
dapat dipungkiri bahwa Kongres itu membawa semangat nasionalisme ke tingkat
yang lebih tinggi hal itu di sebabkan utusan yang datang mengucapkan
"Sumpah Pemuda" yang menjadi landasan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.
Kalau pada bulan April 1926 telah berlangsung Kongres Pemuda 1 yang biasa
dikatakan belum berhasil sesuai dengan yang di harapkan, maka dalam Kongres
Pemuda II benar – benar dapat memenuhi harapan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun kongres Pemuda 1 tidak dapat dikatakan gagal total karena telah berhasil
meletakkan dasar – dasar perstuan. Dalam Kongres Pemuda 1 belum banyak orang –
orang bekas anggota Perhimpunan Indonesia yang ikut membantu pembicaraan sejak
persiapan maupun dalam persidangan. Sedangkan dalam kongres Pemuda II telah
banyak orang – orang bekas anggota Perhimpunan Indonesia yang secara aktif
mengambil bagian dalam persiapan sampai dengan pelaksanaan Kongres. Pelaksanaan
dan hasil kongres Pemuda 1 dan Kongres Pemuda II adalah sangat berbeda, namun,
kedua Kongres tersebut tetap mempunyai tujuan yang sama yaitu menuju
tercapainya kemerdekaan Indonesia.
Sumpah Pemuda pun kemudian
menjadi senjata ampuh untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Dengan
semangat persatuan dan kesatuan bangsa, kesadaran para pemuda Indonesia saat
itu pun semakin kuat karena mereka tidak berjuang sendiri. Maka tak heran,
Sumpah Pemuda adalah salah satu tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia.
B. Menuju Proklamasi
1945
Proses panjang sejak terbentuknya
gerakan kepemudaan yang berciri kedaerahan seperti Jong Java, Jong Sumatera,
Jong Celebes, Jong Ambon dan sebagainya maka pada tanggal 31 Desember 1930 jam
12 malam, mereka telah berfusi menjadi satu dan membentuk Perkoempoelan
“INDONESIA MOEDA”. Indonesia Muda tidak punya afiliasi dengan partai politik
manapun juga, dalam sejarahnya merupakan cikal bakal gerakan kepemudaan menuju
Indonesia merdeka. Meskipun organisasi ini sudah tidak berdiri lagi dizaman
pendudukan Jepang, para anggotanya tetap aktif memperjuangkan cita-cita mereka
secara terselubung. Dengan menimba ilmu dan teknologi kemiliteran dizaman
Jepang para pemuda bergabung dalam Tentara Nasional Indonesia, yang ahirnya
pada periode Revolusi Kemerdekaan 1945-1949, dengan semangat, cita-cita Sumpah
Pemuda, ikut serta mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan R.I, 17 Agustus 1945.
6 Agustus 1945, 2 bom atom
dijatuhkan ke dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat.
Ini menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini
pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan
dan dibentuk lembaga baru yang akan meneruskan tugas BPUPKI yaitu PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan Ir. Soekarno sebagai ketuanya. 9 Agustus
1945, Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk
bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju
kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
10 Agustus 1945, Sementara itu,
di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang
telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap
memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan
sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang
dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum
dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio
luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di
lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.
11 Agustus 1945, Jepang melalui
Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan
Radjiman bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dilaksanakan dalam
beberapa hari. 14 Agustus 1945, Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke
tanah air dari Dalat (250 km di sebelah timur laut dari Saigon), Syahrir
mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap
hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu busuk Jepang, karena Jepang setiap saat
sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu
nasionalis, antara yang anti dan pro dengan Jepang. Hatta menceritakan kepada
Sjahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.
Sementara itu Syahrir menyiapkan
pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi
bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah
menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan
dibagi-bagikan. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang
besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap,
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan
kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI).
15 Agustus 1945, Jepang menyerah
kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena
Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan
Belanda. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, Soekarno
dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh
konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut
kosong.
Soekarno dan Hatta bersama
Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol.
Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan
mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih
menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera
mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada
pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna
membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya
telah disiapkan Hatta.
16 Agustus 1945, Gejolak tekanan
yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak
dilancarkan para pengikut Syahrir. Pada siang hari mereka berkumpul di rumah
Hatta, dan sekitar pukul 10 malam di rumah Soekarno. Sekitar 15 pemuda menuntut
Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul
pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk
memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.
Komentar
Posting Komentar